Mimpi itu berlangsung sangat sebentar dan terjadi pada bulan ramadhan, bulan kemuliaan. Aku sering menangis, hidupku dirundung kesulitan, dengan ayah dan ibu yang selalu bertengkar karena ekonomi. Aku muak karena sedari lahir aku tidak pernah melihat kebijaksanaan seorang ayah. Dia tidak pernah solat, kerja pun malas, pulang larut malam dan hanya tau makan tidak memikirkan gimana perasaan ku dan ibu atau anaknya. Aku sering menangis malam. Aku dari 1 SD belajar bagaimana bacaan solat dan cara solat tanpa diajarkan oleh ayah, melainkan oleh abangku. Aku sering menangis dan aku pernah berdoa agar aku dicabut nyawa oleh Allah. Aku juga sering ingin ditukar kehidupan oleh kakakku yg keguguran. Ketika dalam solat (aku) berkata hidupmu sangat enak disyurga sana sedangkan aku? Hari ini hanya makan nasi dan garam.
Bertahun tahun lamanya aku dimimpikan aku masuk ke sebuah rumah yang isinya putih semua mulai dari dinding bahkan sofanya. Di sana duduk seorang cowok remaja, aku seperti sudah tau dia siapa. Lantas aku tanya, “Maaf kamu siapa?” Dijawab, “Aku kakakmu.” Aku tak lantas bertanya kakak yang mana; sepertinya aku tau dia siapa.
Dia hanya menitipkan pesan bahwa, “Kamu telah beruntung dilahirkan di dunia dan bisa bertemu ibu serta menikmati kasih sayangnya. Kamu harus rajin-rajin bersyukur, kadang aku sangat iri padamu. Aku ingin merasakan pelukan ibu, aku ingin bercanda bersama adik-adikku! Jaga dan sayangi ibu.”
Aku bangun dengan berderai airmata, aku masih ingat wajah tampannya. Aku ceritakan mimpi ini pada ibu, abang serta adikku.