Aku berasal dari keluarga sederhana, pengetahuan agama juga pas-pasan, artinya tidak begitu fanatik.
Jatuh bangun dalam mengarungi kehidupan telah membawaku bertemu seorang pembimbing rohani .
Setelah bertemu beliau…. kuceritakan seluruh pengalaman kehidupan pada beliau.
Di padepokan itu aku ditanya tentang agama…. aku jawab Islam …. padahal cuma KTP, karena menjawab Islam beliau menyuruhku berwudhu…. tanpa doa alias cuci muka. Sepertinya beliau telah mengetahui apa yang aku lakukan. Setelah itu ada seorang laki-laki yang akan menuntunku melakukan sedikit ritual …..
Aku disuruh menghadap kiblat… laki-laki itu menuntunku membaca doa … yang sekarang aku mengenalnya sebagai “dua kalimat sahadat”. Setelah itu…. aku dituntun untuk lebih mendalam…. dengan menirukan sebuah kata “astagfirulahaladzim” … yang sekarang aku menyebutnya kata “istigfar”. Pembimbing menuntunku mengucapkanya berkali-kali sepenuh hati sambil mengingat segala bentuk dosa yang pernah ada serta aniaya yang aku terima. Aku menangis dalam pengakuan dosa kala itu, setelah ritual tersebut…. pikiran seperti tiada beban, seperti ringan dan cerah. Lalu pembimbing berkata ….. datang kesini seminggu lagi.. dan dirumah kerjakan sholat dengan doa semampumu.
Dirumah mulai belajar menghafal Qur’an surat pendek, giat dan tekun. Tepat sehari besok siang aku kembali ke padepokan, malam sebelumnya aku bermimpi…. punya rumah yang jendelanya menghadap gunung berwarna ungu cemerlang dengan cahaya emas. Lalu tiba-tiba ada dua orang laki-laki datang …. dan membawaku keluar dari jendela …. seperti terbang menuju puncak gunung tersebut. Dipuncak gunung tersebut telah banyak berkumpul sosok seperti laki laki berjubah sangat menyilaukan mata. Aku dibawa diantara mereka…. lalu seorang laki laki datang membawa setrika , …. dan laki laki yang membawaku itu menempelkan setrika itu dikeningku, bagai setempel. Lalu aku diberi cermin. Aku lihat di keningku ada tulisan Arab… yang semula aku tidak bisa membaca … akhirnya aku bisa mengeja yaitu “Arsy”. Ketika aku bisa menbaca…. akupun protes…. pak….. namaku bukan Arsy…. tapi Sari. Laki laki itu menoleh tapi tidak ambil peduli dan berlalu…. lenyap bersama yang lain.
Siangnya kuceritakan mimpiku pada pembimbing…. Beliau mengatan Arsy adalah Singgasana Tuhan.
7 tahun sudah peristiwa itu berlalu, selama itu pula aku cari tahu tentang Arsy. Yang aku ketahui Arsy adalah singgasana yang berputar …. diputar oleh banyak malaikat … sambil memutar mereka bertasbih “Subhanallah walhamdulillah walaa illa hailallah waulohu akbar laa haula wala quwata illa bilahil aliyil adzim”, ini zikirku.